Minggu, 17 Maret 2013

Indonesia dan Pemuda Sekarang (esai yang tercecer)



Bila membicarakan pandangan Indonesia dimata saya sebagai pemuda, sepertinya sulit untuk diramu hanya menjadi satu esai. Saya mungkin jika membicarakan pandangan terhadap Indonesia dimata saya sekarang ialah masalah-masalah yang tengah dihadapinya. Banyak aspek yang bisa ditilik mulai dari politik, ekonomi, pertahanan, pendidikan, kemiskinan dan kesehatan yang tak kunjung selesai. Terlihat seperti permasalahan yang kompleks, namun saya melihat permasalah utama terletak pada sistem pemerintahannya. Setiap harinya tak pernah kunjung habis berita tentang masyarakat yang protes akan kebijakan-kebijakan pemerintah atau bahkan kinerja pemerintah yang dinilai tidak sungguh-sungguh.  Dimana seharusnya pemimpin-pemimpin yang ada di pemerintahan dapat meregulasi pejabat-pejabat yang “malas” ini. jarang sekali terlihat pemimpin yang berani dan dapat meluruskan kinerja-kinerja mereka dalam tatanan pemerintahan. Ini menjadi masalah yang sangat serius karena akan berakibat sistemik pada suatu Negara. Kita butuh jiwa-jiwa pemimpin yang dapat membenahi tatanan pemerintahan kita yang porak-poranda.
Terlihat seperti terjadi krisis kepemimpinan dimana-mana, mulai dari tataran Pemerintahan Negara hingga Kelurahan sekalipun. Hal ini kontradiktif dengan kenyataan yang ada bahwa banyak sekali setiap periodenya yang mencalon diri di posisi-posisi pemerintahan dan posisi ketua-ketua sebuah lembaga, namun yang terlihat adalah seakan terlihat terlalu memaksa dengan keadaan mereka yang ingin mencalonkan diri. Mungkin selama ini yang terjadi dengan pemimpin-pemimpin Negara kita bukanlah terpilih karena mereka memang memenuhi kriteria seorang pemimpin, melainkan hanya karena merekalah orang yang mendekati nilai-nilai standar tersebut. Yang lebih parahnya adalah ketika masyarakat tidak dapat melihat potensi kepemimpinan seorang calon disamping memang kebanyakan berpendidikan rendah, justru pada calon pemimpin ini memanfaatkan peluang dengan melakukan “serangan fajar” di hari pemilihan, apakah ini mencerminkan suatu gambaran pemimpin yang diharapkan dalam perubahan masyarakat?
Mungkin kita dapat melihat, masa-masa kepemimpinan beberapa Kepala Negara yang hanya bertahan sebentar bahkan sebelum masa kepemimpinan mereka habis. Mungkin dikarekan kurangnya jiwa kepemimpinan mereka, karena kita menyadari bahwa di butuhkan seorang pemimpin-pemimpin yang besar dijajaran pemerintahan Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang cukup luas dan berpopulasi banyak hingga masuk deretan teratas dalam jumlah kependudukan se-dunia, ditambah lagi kultur yang beraneka ragam di setiap suku dana daerah di Indonesia, sehingga dibutuhkan pemimpin-pemimpin besar yang dapat mengendalikan perahu layar kita sampai hingga tujuan.
Suatu yang menjadi hal dilematis adalah banyaknya partai politik yang justru dengan jumlahnya tersebut tidak memerikan kontribusi dalam pencetakan pemimpin-pemimpin baru yang kompeten. Mereka hanya focus pada kekuasaan di pemerintahan, dan mencari berbagai trik mendapatkan massa pada pesta tahunan rakyat. Posisi-posisi rawan seperti ini, justru untuk mendapatkannya menjadi semakin mudah, banyak sekali orang berbondong-bondong mencalonkan diri ke suatu organisasi politik dengan persanyaratan yang tidak begitu sulit, sehingga kita dapat melihat betapa banyaknya deretan nama calon di selembar kertas A3 dan betapa pusingnya kita untuk memilih mana calon yang benar-benar dapat membawa bangsa ini dalam perbaikan.
Maka dari itu, hal yang penting untuk dibenahi adalah bagaimana proses pembentukan pemimpin-pemimpin baru yang benar-benar berkualitas dan mampu mengatasi ombak di perjalanan samudra. Dimana pemimpin-pemimpin baru ini dibentuk dari pemuda-pemuda bangsa. Apakah para pemuda harus menunggu menjadi pemimpin untuk merubah keadaan ini? dalam proses pembentukan pemuda-pemuda ini, mereka tetap diharapkan berkontribusi dalam perubahan, karena pemuda menjadi control social terhadap regulasi pemerintah. Pemuda dapat mengevaluasi suatu regulasi pemerintah karena  mereka dapat merasakan secara langsung damapak regulasi di lapangan, selain itu pemuda memiliki pemikiran yang lebih kritis dalam memandang suatu permasalahan dan juga pemuda memiliki semangat yang tinggi, bahkan seorang bung karno pun memuji potensi yang dimiliki seorang pemuda “Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Dengan paparan kehidupan social di atas merupakan suatu bentuk penanaman nilai kepemimpinan pada pemuda, bagaimana mereka menyuarakan pendapat mereka dan memperjuangkaan keadilan-keadilan rakyat.
Pemuda yang diharapkan sekarang bukanlah lulusan sarjana yang mendapat predikat akademik terbaik seantero Kampus yang nantinya memimpin Negara, karena seorang yang intelek sekali pun belum tentu dapat memimpin dan memiliki jiwa pemimpin, karena pada dasarnya hak tersebut harus dibentuk secara terencana dan terarah, namun yang diharapkan adalah bagaimana pemuda itu lulus sebagai cahaya penerang yang siap memimpin dengan segala kemauannya untuk melakukan perubahan ke arah yang  lebih baik, namun seorang pemimpin juga dituntun setidaknya untuk intelek.
Lalu, bagaimana kita sebagai pemuda? Seharusnya adalah kita mempersiapkan diri kita untuk melakukan perubahan yang lebih baik pada negri kita kedepannya, dengan terus mengembangkan diri dan mengembangkan orang lain sehingga terjadi rantai kaderisasi kepemimpinan yang tak terputus. Selain itu, kita harus tetap mengembangkan diri secara akademik, karena kita harus berjuang pada arus globlalisasi yang semakin kuat di era ini, sehingga menuntut untuk terus dapat mengikuti perkembangan perubahan global agar Negara kita nantinya tidak tergerus oleh zaman.

Tidak ada komentar: